Senin, 19 April 2010

JALANKAH HIDUP?

      Jalan
      Tanpa ujung sandung jemari
      Tiada tatap sudut bingung
      Bisik lirih mungkin pujangga kelana
      Tusuk hampa dengarpun tidak
Jalan
Bila sadar putih tertatap
Nan terang bingkai kalangan muram
Berujung tidak lubuk sudut
Disana sanak naluri titik tertuju
      Jalan
      Bila ku paling belok liku
      Bulir lentik putih terjepit
      Sesat, linglu pikir alir deras kucur
      Tak tertatap putih nur suci kapas balut
Jalan
Bilamana ku cari asta hidup
Ku bingung, sandung kurasa sungkur
Dibalik muram lurus ku tatap liat
Yang mana tanya benak usik pikir
Jalankah hidup?

Rabu, 14 April 2010


LUKA KU RASA


Jika laut surut talas lapuk
Mimpi laksana kabut padang pasir
Hati kan retak puing-puing
Ku tak rasa bila perih
Tapi…. Kau kucurkan kerasnya air
Kau belah iris merah hati
Apa daya?
Kumbang malam jemput kembang
Yang mana kias hanya tutur
Bila ku lebah
Sama hal, tapi kau larut dengan kumbang
Terbang muram lari tinggal
Bila ku rajut, kau hanya ijuk
Berpaling nan pergi tak pandang
Kini, hanya bila ku bayang ayang
Terhalang cahyalah gubuk muram
            Kau pergi kepak lirih tanpa tau
            Tinggal kan ku tanpa ucap satu tidak
            Dibalik, rasa manis liang bibir
            Tapi balik, pahit maja telan lidah
Dirimu menari riuh pergi
Renungan hampa ku rasa
Balut sejuk dingin luka
Tergores pacah puing hati
Itulah luka bila mana ku rasa
 karya : Fahmi Yahya

Kamis, 01 April 2010

CERITA

         Ini adalah sebuah cerita tiktif,,, ups fiktif maksudte yang memang direkayasa tapi bukan rekayasa cinta. Jika ada kurang lebihnya maaf, ngapunten, sorry ya………Ok.. met baca……..
Peringatan!!!! Jangan dibaca sambil nglamun.. karena bisa membuat anda terlamun linglung dan bingung. Jika ada kesamaan nama dari tokoh… harap maklum nggeehhhhh…..

SATU TAMBAH SATU?????

             Suatu hari yang cerah, saking cerahnya, hingga membuat gigi seorang anak yang masih duduk dikelas 1 sekolah dasar SUKA TAWA, sebut saja namanya Salah, yang bernama panjang Masalah Sunsalah Biarlah Takapalah ini terpancar bagai kilau batu apung. Eh, batu mutiara, tapi mutiara dari bambu. (Apaan tu???) Anak ini jika dikatakan pintar, ya bisa saja, tapi saking pintarnya dia menyukai kelas 1, samapai 4 tahun dia masih di kelas 1 huh….Saking pintarnya lagi, gurunya sampai juengkeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeellllllllllllllllllllllllll merasakan Salah. Mengapa???????????????? Gini ceritanaya, ngten lo critane…….
Pada hari senin, biasa, pelajaran dimulai setelah upacara. Didalam kelas sangat berisik seperti pasar ayam(ayam buk, sewu telu…….???????) , karena maklum masih kelas 1 SD. Tak lamapun buguru datang. Nama guru yang mengajar di kelas Salah ini adalah Bu Ritan. Beliau bila dikatakan judes… ya g’ sihhhhh tapi suangat. Hal ini karena tingkah laku Salah. Yang salah terus.
Bu Ritan : “pagi anak-anak…………………”
Anak2 : “pagi Bu Ritan…………..”
Bu Ritan : “Salah… kenapa kamu tidak jawab Salah…….”
Salah : “ha???? Iya buuuuuuuuuuuuuuuuuuu slamat tinggal”
Bu Ritan : “heh, lakok slamat tinggal… memangnya saya mau kemana…. Ha?(judes)
Salah : “ha? Saya kira bu Ritan mau pergi………………”
Anak2 : “haaaaaaaaaaaaahaaaaaaaaa huuuuuuuuuuuuuu”
Bu Ritan : “diammm….. hiiiihhhhhhhhhh, ya sudah sekarang kita belajar matematika. Keluarkan buku kalian.” Heh Salah…… keluarkan bukumu….”
Tapi Salah malah mengeluarkan panci faforitnya……….
Bu Buritan : “heh, Salah…… memangnya kamu mau apa mengeluarkan panci ha?”
Salah : “katanya suruh ngluarin panci Buuuuu..”
Bu Ritan : “bukan panci tau, tapi buku. Hemmmmmmmmmmhhhhhhhhhhhhhhhh”
Hemh, akhirnya kumat juga bu Ritan ini kejengkelannya terhadap salah. (pun ditiru nggehhh)
Bu Ritan : “baik anak-anak, satu tambah satu berapa?
Anak2 : “dua buuuuu…”
Bu Ritan : “baik…. Coba Priti berdiri… satu tambah satu berapa priti?????????”
Priti : “dua buuuuuuuuuu…”
Buritan : “bagus-bagus”
Semua siswa ditunjuk untuk mengatakan satu tambah satu berapa dan semuapun menjawab dengan tepat, tapi kini giliran siswa terkhir yang belum dipanggil. Tak lain itu adalah Salah.
Bu Ritan : ”Salah, berdiri” Salah berdiri.” Satu tambah satu berapa?”
Salah : “ha???? Emhhhhhh sepuluh, eh tiga, eh enam bu”
Bu Ritan : ”ha? Berapa Salah?”
Salah : ”tuju buuuuuuuuu……”
Bu ritan : ”hih, kamu ini. Semua teman-teman kamu bisa menjawab satu tambah satu, tapi kamu g’ bisa menjawab…. Satu tambah satu ber……….” teng…teng….teng.. bukan tameng,,, terdengar suara bel berbunyi tanda waktu pulang “ hih, awas kamu salah, ini buat PR untuk kamu. Kalau besok kamu tidak bisa menjawab, ibu akan menjewer kuping kamu dan ibu suruh kamu berdiri didepan kelas. Sekarang kalian bisa pulang”
Yah, begitulah Salah, saking seringnya diajar tapi malah lupa. Bayangkan, sudah 4 tahun di kelas 2, kerasan mungkin yooooo.
Akhirnya salah sampai dirumah, dia kebingungan menjawab pertanyaan dari bu Ritan. Padahal pertanyaan tersebut sangat suimpel you know.
Dalam benak Salah, ia berfikir “satu tambah satu berapa yaaa?????? ah Tanya Bang Saat ja lah.” Eit, perhatian bagi pembaca yang membaca nama Bang Saat yaa….dikasih spasi looooo……..
Salah : “bang………..” mengetuk pintu dikamar bang saat. “bang…….. satu tambah satu berapa bang…….” (Pasang wajah melas). Tapi bang saat tidak mendengar.
Bang Saat: “Wr soepratman” bang Saat mengatakan hal tersebut karena dia sedang belajar sejarah nasional.
Salah : “ow, ya udah bang, makasihhhhh” tapi Salah masih saja belum mengerti. Dia pun bertanya pada mbak Wan, tak lain dia adalah kakak perempuannya……
Salah : “mbak wan….. mbak wan…….. mbak……. Satu tambah satu piro?????” Pasang boso melas. Tapi mbak Wan tak mendengar bila Salah menanyainya, karena mbak Wan, (Bukan makanan dari jagung tu loooo bukan BAKWAN tapi Mbak Wan ) sedang berdandan dengan asyiknya…..
Mbak Wan : “wuih…. Aku ayune reeeeeeeeeeekkkkkkkkk,,,,, lainnya kayak monyet, kuda nil, keledai huahahahaha……. Preeeeeeeettttttttt…..” sambil menggunakan bahasa medoknya.
Salah : “owwwwww makasih mbak Wan…….” Salah pun mengira bahwa satu tambah satu adalah kata-kata yang diucapkan mbak Wan. Heeeehhhhhh capeknyeeeeeeeeeeeeee satu tambah satu ja g bisa.. terusne nggeeeehhhhh…. Monggo.
Tapi, Salah ingin memastikan lagi jawabannya ke bapaknya, karena dia masih saja bingung. Saat itu bapaknya sedang berjualan sayur didepan sambil mengobralkan sayurannya kepada ibi-ibu. Maklum ibu2 suka murah mintaknya.
Salah : “pak…… pak…. Satu tambah satu berapa pak?”
Bapak Salah : “monggo.. sewu telu sewu telu…” bapak Salah mengatakan tersebut karena bapak Salah sedang berjualan. Dan saking ramenya, tak mendengar suara Salah. (hadoooooooooooohhhhhhhhhh)
Salah : “ya dah pak…….” Tapi ia ingin memastikan lagi dan bertanya kepada ibunya. Ketika itu Salah melihat ibunya yang sedang mencuci baju sambil mendengarkan lagu diradio sambil menirukan lagu tersebut. Tak lain itu adalah, lagu??????????????????? Hehehe “dangdut” pemirsa.
Salah : “Buuukkkkk, buuuukkkkk satu tambah satu pinten buuuuukkk….”
Ibu Salah : “sungguh teganya dirimu teganya teganya teganya teganya” ibu Salah mengucapkan hal tersebut karena ibunya menirukan lagu dari…………………
Salah : “owwww maksih buuuukkkkkk” sambil meninggalkan ibunya. Tapi………………… salah buingung, pusing tujuh plus satu keliling lingkaran. (He???? Pa ada ya…..) heheheeee ya maap… kembali ke…………….????????? Crito nggehhh…
Salah masih saja memikirkan sampai bumi ini memutar 360 derajat. Saking binggungnya dia g’ bisa tidur, karena apa? atap rumahnya bocor. (g’ nyambung kaliii…)
Akhirnya pagi pun tiba. Sinar matahari yang bersinar menyinari wajah Salah sampai kelihatan gosongnya. Tak lamapun Salah sampai juga di sekolahannya. Bel berdering tanpa nyaring dikening. Salah langsung masuk kelas dengan penuh riang bukan kukang.
Terdengar suara langkah yang membuat hati terpikir, jantung berdebar, perut membuncit. Apakah gerangan????? Tak lain itu adalah suara langkah bu Ritan.
Bu Ritan : “pagi anak-anak…….”
Anak2 : “pagi bu……….”
Bu Ritan : “heh Salah, sekarang kamu kedapan. Ibu akan menanyai mu pertanyaan yang ibu berikan kemarin.”
Dengan pdnya dan dengan senangnya Salah maju kedepan. Tanpa ada gundah, kukang, lekang pula.
Bu Ritan : “Salah, satu tambah satu berapa?”
Salah : “mudah bu….. Wr Soepratman”
Bu Ritan : “ha?????????????? Apa……………..??????????” (tanda Tanya satu gardu) “satu tambah satu berapa? Jawab………???”
Salah : “wuih…. Aku ayune reeeeeeeeeeekkkkkkkkk,,,,, laine lakok kayak monyet, kuda nil, keledai huahahahaha……. Preeeeeeeettttttttt…..”
Bu Ritan : “haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa??????????? Salah…………….?????????????? Maksud kamu apa mengatakan saya seperti itu ha??? Satu tambah satu berapa……….????”
Salah : “monggo.. sewu telu sewu telu…”
Bu Ritan : “apa? Maksud kamu saya kamu jual apa? Kamu ini gimana ha? Memangnya saya sayur? Heeeehhhhh” (marah-marah itu g perlu, udahan marahnya cepetan dong cepetan)
Bu Ratian : “ini terakhir Salah, satu tambah satu berapa? Haaa?” sambil menjewer telinga Salah
Salah : “sungguh teganya dirimu teganya teganya teganya teganya” Salah menjawab pertanyaan dari bu Ritan sambil menangis.
Bu Ritan : “Salaaa……………..hhhhhhhhh kamu ini gimana……., skarang kamu keluar, dan berdiri didepan pintu sambil mengangkat satu kaki dan menjewer telinga kamu sendiri. Cepaaaaatttttttt” sambil marah-marah. (hati-hati bu….. nanti kena serangan jantung loooo….)
Salah : “kenapa salah ya…. Kata Bang Saat satu tambah satu Wr Soepratman, kata mbak Wan wuih…. Aku ayune reeeeeeeeeeekkkkkkkkk,,,,, laine lakok kayak monyet, kuda nil, keledai huahahahaha……. Preeeeeeeettttttttt….., kata ibuk sungguh teganya dirimu teganya teganya teganya teganya. Tapi jawabannya kok masih salah aja to. Halah bingung.” Saqmbil menangis salah nggremeng.

       Akhirnya Salah dihukum dehhhh……. Ya mau gimana lagiiii lawong jawaban Salah ja salah. Lo gimana to, jawaban salah ja kliru, ya pastilah dihukum.
Cukup semonteng nggehhhhhh….. yen wonten sumur teng tegalan, angsal to numpang adus…. Yen wonten umur dowo sak dalan, angsal to nulis crito bagus……. Monggo pinarak tasek………
TELAS......

Jumat, 26 Maret 2010


Judul               : Romi dan Yuli
Karya              : Ridwan
Media             : Oil on Canvas
Ukuran            : 150 * 110 cm
Harga              : 5 jt

            Lukisan yang digoreskan oleh Rindwan dan diletakkan pada media oil on canvas ini sangat menarik. Mengapa? Pertama dari segi gambar. Gambar dari lukisan ini sangat menarik, dilukiskan secara apik dan penataan warna yang terlihat menekankan gelap terang. Selain itu warna juga memengaruhi nyata atau tidaknya suatu lukisan. Tampak bahwa lukisan tersebut terlihat nyata dalam arti hidup. Sehingga lukisan tersebut tidak heran jika ditawarkan dengan harga 5 jt. Karena membuat satu lukisan yang tampak nyata seperti lukisan diatas memang tidak gampang.


            Kedua, dari segi makna atau arti, menurut pengamatan dari gambar, lukisan tersebut memiliki arti yang sangat dalam. Mengapa? Dan apa alasannya? Baik, dalam kehidupan, atau kehidupan berdampingan, sering kita jumpai bahwa pasangan muda mudi tidak harmonis. Awal mula fine-fine, tapi setelah beberapa saat ibarat seumuran jagung, mereka menghadapi masalah antara mereka. Dan sering pula masalah tersebut dibesar-besarkan hingga timbullah pertikaian. Nah, dari penjabaran tersebut, lukisan diatas dapat digunakan para muda-mudi atau pasangan Adam Hawa untuk cerminan diri. Yang mana lukisan Romi dan Yuli mencerminkan hidup yang harmonis, setia, dan mesra. Alangkah baiknya jika sepasang Adam dan Hawa hidup harmonis, penuh kasih sayang seperti yang tercermin dalam lukisan karya Ridwan tersebut.

Pameran Lukisan di RWS


Judul            : Yaksa Barong
Karya           : Fajar
Media           : Mixed media on canvas
Ukuran        : 135*145


          Pada lukisan karya Purnomo diatas dapat didiskripsikan bahwa, pelukis menggunakan warna terang pada bagian tokoh dan dibagian tepi menggunakan warna gelap. Hal ini dapat membuat lukisan menjadi seperti menyala pada bagian terangnya. Jika dilihat sekilas dari dekat,lukisan tersebut tidak nampak. Maksudnya hanya nampak seperti goresan-geresan yang tidak berbentuk. Namun jika dilihat dari kejauhan, maka terlihatlah wajah lukisan yang menggambarkan tokoh Buto yang disilir menjadi gambar ilustrasi. Itulah seni…. Kebebasan apresiasi diwujudkan dalam goresan yang memiliki makna tersendiri.
         

diskripsilukisan di RWS (menjaga generasi)

Judul        : Menjaga Generasi
Karya      : Ruslan
Media      : Oil on Canvas
Ukuran    : 150*130
Harga      : 10 jt

       Dari lukisan diatas dapat didiskripsikan bahwa perpaduan warna sangat bagus dalam arti, warna dipadukan hingga terbentuk lukisan yang terlihat nyata. Efek dari bayangan dan juga efek dari cahaya terlihat sangat jelas. Hal tersebut menambah efek nyata lukisan. Bila diliha secara mendalam, maka lukisan tersebut seperti 3 dimensi. Tidak ragu-ragu Ruslan mematok harga 10 juta, karena lukisan ini proses pembuatannyatidak mudah,perlu perjuangan dan ketekunan yang tinggi.
      
       Dari segi makna atau arti, dapat diambil deskripsi bahwa dalam kehidupan harus bisa memilih pergaulan yang benar. Yang mana jika pergaulan tersebut salah, pergaulan tersebut dapat menjadi tombak yang sangat tajam yang siap menusuk dari arah mana saja dan kapan saja.Dari lukisan diatas, terlihat bahwa seorang ibu sedang memeluk anaknya dan melihat luar jendela ada beberapa sosok gadis yang berpakaian kurang sopan atau seronoh. Seorang ibu yang memeluk anaknya ini bertujuan agar anaknya tidak terjerumus pergaulan seperti tampak dibelakang jendela. “menjaga Generasi” itulah yang terbayang dilukisan bahwa seseorang harus menjaga generasi yang baik. “buah jatuh tidak jauh dar induknya” itulah makna yang dapat diambil. Jika generasi kita buruk, generasi berikutnya mau apa lagi??????
Judul : Keiklasan
Karya : Urip Santoso
Media : Oil on Canvas
Ukuran : 150*150
Harga : 5 jt

        Lukisan karya Urip Santoso yang di lukis pada media Oil on Canvas ini sangat menarik. Karena dari segi lukisan sendiri terlihat bahwa penataan unsur-unsur seni rupa sudah pas. Dari segi warna, maupun goresan kuas. Tidak heran jika Urip Santoso mematok dengan harga 5 jt. Karena lukisan itu sendiri terlihat nyata dan apik.

      Dari segi makna sendiri, dapat diambil makna bahwa dalam mengarungi lautan kehidupan, kita harus iklas. Pada lukisan tersebut, terlihat sosok seorang ibu yang sedang menggendong anaknya walaupun dalam keadaan apapun beliu tetap menggendongnya. Hal ini ditujukan tanggung jawab ibu kepada anaknya. Tapi apakah kita sudah membalas jasa-jasa orang tua?